Design Strategy
Beyond Buttons: Menghitung ROI Design System Sebagai Infrastruktur Bisnis
Sep 15, 2025

Di tengah derasnya inovasi digital dan tuntutan bisnis yang makin cepat, satu pertanyaan jadi semakin penting: “Apakah investasi kita benar-benar menghasilkan?” Di sinilah peran ROI—Return on Investment—menjadi krusial.
ROI adalah metrik yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang didapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Rumusnya sederhana: (Keuntungan – Biaya) ÷ Biaya × 100% Tapi dampaknya sangat besar. ROI bukan cuma angka di spreadsheet—ia adalah alat bantu pengambilan keputusan, indikator efisiensi, dan penentu arah strategi. Menurut SIU Carbondale, ROI membantu bisnis mengalokasikan sumber daya secara optimal, mengevaluasi performa proyek, dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.
💡 “Di era digital, ROI bukan hanya soal profit—ia adalah kompas yang menunjukkan apakah kita sedang melangkah ke arah yang benar.”
Dan ketika kita bicara tentang design system, ROI jadi semakin relevan. Karena design system bukan sekadar pustaka komponen. Ia adalah fondasi operasional, alat kolaborasi lintas tim, dan—kalau dirawat dengan benar—mesin ROI yang powerful.
📐 Dari Komponen ke Kapital: Design System Sebagai Investasi
Menurut Smashing Magazine, perusahaan yang menghabiskan sekitar 7,6 bulan untuk membangun dan memelihara design system bisa mendapatkan ROI hingga 170%. Artinya, setiap $1 yang diinvestasikan bisa menghasilkan $2.70 dalam bentuk efisiensi dan penghematan biaya.
Contoh hitungannya:
Biaya pembangunan: $190.000 (asumsi 5 orang selama 7,6 bulan)
Efisiensi yang dihasilkan: $513.000
ROI: (513.000 - 190.000) / 190.000 = 170%
Dan itu baru dari sisi efisiensi. Belum bicara soal kecepatan inovasi, konsistensi brand, dan pengalaman pengguna yang lebih solid.
✨ “Design system bukan hanya menghemat waktu—ia menghemat energi, frustrasi, dan biaya jangka panjang.”
🧠 ROI Itu Bukan Cuma Soal Uang—Ini Tentang Alignment
Design system yang matang menyatukan tim desain, engineering, dan produk dalam satu bahasa. Ia bukan sekadar dokumentasi, tapi ruang kolaborasi. Menurut Netguru, ada tiga dampak utama yang bisa dirasakan:
Efisiensi waktu: Komponen reusable bikin pengembangan fitur jadi lebih cepat dan minim revisi.
Konsistensi brand: Pengalaman pengguna jadi lebih seragam, bikin brand makin dipercaya.
Kolaborasi lintas tim: Dokumentasi yang jelas mempercepat onboarding dan pengambilan keputusan.
🧩 “Design system yang baik bukan hanya mengurangi kerja ulang—ia mengurangi kebingungan.”
📊 Cara Nyata Mengukur ROI Design System
Kalau kamu ingin tahu apakah design system kamu benar-benar berdampak, coba ukur pakai metrik ini:
Reuse rate komponen: Seberapa sering komponen dipakai ulang antar tim dan produk.
Waktu onboarding: Berapa lama waktu yang dibutuhkan tim baru untuk bisa produktif.
Jumlah bug visual: Apakah error UI berkurang karena standar yang konsisten.
Time-to-market: Seberapa cepat fitur baru bisa dirilis.
Kepuasan pengguna (NPS/CSAT): Apakah UX yang konsisten bikin pengguna lebih loyal.
Studi dari Klüver (2019), Loomer (2016), dan Sparkbox menunjukkan bahwa tim dev yang pakai design system bisa lebih efisien hingga 47%, dengan rata-rata 31%. Bayangkan kalau waktu development berkurang sepertiga—itu bukan cuma hemat waktu, tapi juga hemat energi dan frustrasi.
🧩 Studi Kasus: Ketika Design System Menjadi Mesin ROI Nyata
Design system bukan sekadar teori atau tren desain. Di tangan perusahaan yang memahami nilai strategisnya, ia berubah menjadi alat penggerak efisiensi, konsistensi, dan pertumbuhan. Mari kita lihat bagaimana beberapa brand besar memanfaatkan design system dan pendekatan UX untuk menghasilkan ROI yang nyata.
Airbnb – Menyatukan Tim Global Lewat Bahasa Visual yang Konsisten
Airbnb menghadapi tantangan besar: bagaimana menjaga konsistensi desain dan pengalaman pengguna di berbagai platform, tim, dan negara. Solusinya adalah membangun Design Language System (DLS)—sebuah sistem desain modular yang tidak hanya menyederhanakan proses desain, tapi juga memperkuat kolaborasi lintas fungsi.
Dalam studi oleh Addictaco, disebutkan bahwa:
“Airbnb’s DLS helped unify design and engineering teams, reduce duplication, and accelerate product development.”
Dengan DLS, tim desain dan engineering bisa berbicara dalam bahasa yang sama. Komponen reusable mempercepat pengembangan, dan dokumentasi yang jelas memperkuat alignment. Hasilnya? Time-to-market lebih cepat, pengalaman pengguna lebih konsisten, dan brand makin dipercaya.
🔗 Case Study: How Airbnb’s Design System Improved Their UX
IBM – Design Thinking dan Carbon Design System Sebagai Alat Alignment Bisnis
IBM bukan hanya perusahaan teknologi—mereka adalah pionir dalam mengintegrasikan design thinking ke dalam proses bisnis. Melalui Carbon Design System, IBM menciptakan kerangka kerja visual dan teknis yang digunakan lintas produk dan tim global.
Studi dari Design Thinking Association mencatat bahwa:
“IBM’s design thinking practice delivered a 300% return on investment, with faster delivery, improved quality, and reduced development costs.”
Carbon bukan sekadar pustaka komponen. Ia adalah alat governance yang menjaga konsistensi, mempercepat pengambilan keputusan, dan mengurangi technical debt. Dalam konteks enterprise, ini bukan hanya efisiensi—ini adalah transformasi cara kerja.
🔗 The Total Economic Impact of IBM’s Design Thinking Practice
Bank of America – UX Redesign yang Menggandakan Konversi
Kadang, ROI datang dari satu perubahan kecil yang berdampak besar. Bank of America melakukan redesign pada proses pendaftaran online banking mereka. Fokusnya sederhana: membuat form lebih intuitif dan mudah diselesaikan oleh pengguna.
Menurut studi dari Toptal:
“After redesigning the form, Bank of America nearly doubled the number of users who completed the sign-up process.”
Ini bukan hanya soal tampilan. Ini tentang memahami perilaku pengguna, mengurangi friksi, dan meningkatkan konversi. Dan semua itu dimulai dari pendekatan UX yang strategis dan terukur.
🔗 The True ROI of UX: B2B Redesign Case Studies – Toptal
HubSpot – Retensi Pengguna Lewat UX dan Sistematisasi Komponen
Sebagai platform SaaS yang terus berkembang, HubSpot menyadari bahwa retensi pengguna adalah kunci pertumbuhan. Mereka mengintegrasikan usability testing dan pendekatan UX strategis ke dalam proses desain dan pengembangan produk.
Dalam studi oleh Eleken, disebutkan bahwa:
“Companies like HubSpot that invest in UX see up to 75% increase in sales and retention.”
Dengan sistem desain yang terstruktur dan pendekatan berbasis data, HubSpot mampu meningkatkan kepuasan pengguna, mempercepat iterasi, dan memperkuat loyalitas pelanggan. Ini bukan hanya desain yang cantik—ini desain yang berdampak.
🔗 UX ROI Case Studies – Eleken
✨ Refleksi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Keempat studi kasus ini menunjukkan satu pola yang konsisten: ketika design system dan UX diposisikan sebagai alat strategis, bukan sekadar alat visual, hasilnya bisa sangat signifikan. Mulai dari efisiensi waktu, peningkatan konversi, hingga penguatan brand trust—semuanya bermuara pada ROI yang nyata dan terukur.
💬 “Design system yang kuat bukan hanya mempercepat kerja—ia memperkuat keputusan.”
Dan yang paling menarik? Semua ini bukan hasil dari tim desain saja. Keberhasilan design system selalu melibatkan kolaborasi lintas fungsi—dari CEO hingga QA, dari PM hingga engineer. Karena pada akhirnya, ROI bukan hanya soal angka. Ia adalah hasil dari alignment, empati, dan sistem yang dipahami bersama.
🧭 Perspektif Lintas Tim: Siapa yang Diuntungkan?
Peran | Manfaat Design System |
|---|---|
CEO / EVP | Alignment lintas produk, efisiensi biaya, brand trust |
VP Product | Time-to-market lebih cepat, pengurangan rework |
PM | Estimasi lebih akurat, dependency lebih jelas |
Lead Engineer | Reuse komponen, pengurangan bug visual |
UI/UX Designer | Fokus pada problem solving, bukan pixel pushing |
QA | Validasi visual lebih cepat dan konsisten |
Design system bukan cuma urusan desainer. Ia berdampak ke semua lini. Ketika semua peran memahami fungsinya, design system bisa jadi alat strategis yang menyatukan visi dan eksekusi.
⚠️ Risiko Kalau Diabaikan
Tanpa design system yang terawat, perusahaan bisa menghadapi banyak masalah:
Komponen duplikat bermunculan, bikin kerja jadi boros.
Brand jadi nggak konsisten, bikin pengguna bingung.
Friksi antar tim meningkat, memperlambat iterasi.
Technical debt menumpuk, bikin scaling makin mahal.
🚨 “Design system yang diabaikan bukan hanya kehilangan fungsinya—ia bisa jadi beban.”
🪶 Penutup: Sistem yang Tak Terlihat, Tapi Menopang Segalanya
Design system adalah investasi jangka panjang. Ia bukan cuma soal pixel, tapi soal kecepatan, kepercayaan, dan keberlanjutan. Seperti fondasi bangunan, ia jarang terlihat—tapi tanpanya, segalanya bisa runtuh.
“Yang terlihat seragam bukan karena dibatasi, tapi karena dipahami.”
Di era digital yang serba modular, design system adalah bahasa bersama. Ia menyatukan tim, mempercepat inovasi, dan menjaga kepercayaan pengguna. Dan seperti semua investasi strategis, ia layak diukur, dirawat, dan dipahami—bukan hanya oleh desainer, tapi oleh seluruh organisasi.
© 2024 / rahen